Gilbert Nathaniel /14 – 16 Januari 2025

Dalam sebuah ruangan kelas yang sederhana, para siswa terlihat sibuk mempersiapkan sebuah drama untuk Ujian Praktik (Uprak). Waktu semakin mendekat, dan suasana penuh semangat namun tegang terasa di antara mereka.

Di sudut ruangan, beberapa siswa tampak serius mendiskusikan naskah. Mereka membaca setiap dialog dengan penuh penghayatan, mencoba memahami karakter yang akan mereka perankan. Ada yang tertawa saat salah satu teman mereka membaca dengan intonasi lucu, namun segera kembali serius, mengingat pentingnya ujian ini.

Di sisi lain, sekelompok siswa sedang mengatur properti panggung. Mereka mendekorasi dengan kreativitas, menata meja, kursi, dan kain untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan cerita. Beberapa dari mereka sibuk membuat kostum sederhana dari bahan-bahan seadanya, seperti kertas karton, kain bekas, dan pernak-pernik lain.

Tak jauh dari mereka, terdengar alunan musik yang dimainkan oleh seorang siswa yang bertugas mengurus efek suara. Ia memutar lagu-lagu yang akan digunakan dalam adegan, sambil sesekali berdiskusi dengan teman-teman tentang momen terbaik untuk menyisipkan efek tersebut.

Di tengah keramaian, seorang guru pembimbing mengamati mereka dengan senyuman. Sesekali ia memberi masukan tentang dialog atau cara memerankan karakter. “Ingat, tampilkan emosi yang kuat di adegan klimaks. Penonton harus merasakan apa yang kalian rasakan,” ucapnya dengan nada membangun.

Semakin sore, semangat para siswa tidak surut. Mereka terus berlatih, mengulang adegan demi adegan hingga terasa pas. Meskipun ada kesalahan di sana-sini, tawa dan dukungan antar teman membuat semuanya terasa lebih ringan.

Hari Uprak semakin dekat. Dengan segala usaha dan kerja keras, mereka percaya drama ini akan menjadi momen yang tak terlupakan—bukan hanya sebagai ujian, tetapi juga sebagai bukti kebersamaan dan kreativitas mereka.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these